LUMAJANG - Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang menjadi cakupan kerja tim Doktor Mengabdi Universitas Brawijaya (DM UB) yang diketuai oleh Hamamah, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), adalah menggali potensi kesenian tradisional khas Lumajang untuk dikembangkan sebagai bagian dari fitur wisata di Desa Ranuyoso, Jum'at (7/10/2022).
Kesenian Jaran Kencak (atau Kuda Kencak) telah menjadi ikon seni tradisi di Kabupaten Lumajang. Namun demikian, kesenian tersebut dapat saja hilang dari konteks hidup masyarakat Lumajang karena berbagai macam fenomena seni modern.
Baca juga:
Sholawat Burdah
|
Memahami hal tersebut, Tim DM UB yang beranggotakan Dr. Ir. Joni Kusnadi, M.Si., dari Fakultas Teknologi Pertanian; dr. eng. Tri Budi Prayogo, ST., MT., dari Fakultas Teknik; M. Andhy Nurmansyah, S.S., M.Hum., dan Fredy Nugroho S., M.Hum., dari FIB ini membuat telaah potensi pengembangan kesenian Jaran Kencak agar selanjutnya kesenian ini tidak hanya akan menjadi klangenan bagi masyarakat Lumajang, namun juga memiliki nilai ekonomis bagi para pegiat kesenian, dan terus bertumbuh sebagai bagian dari fitur kepariwisataan daerah.
Memiliki dua jenis wujud performansi, yaitu Jaran Kencak Manten (arak-arakan kuda berhias, biasanya digunakan dalam karnaval ataupun hajatan sunat), dan Jaran Kencak Manjeng (atraksi kuda). Sanali (salah satu pegiat kesenian Jaran Kencak generasi ketiga) menjelaskan bahwa keberadaan kesenian Jaran Kencak terus mendapat perhatian khususnya dari pemerintah daerah Kabupaten Lumajang. Namun demikian, berdasarkan hasil observasi dan pemetaan di lapangan, perkembangan kesenian ini menunjukkan grafik yang statis.
Sanali, Salah Satu Pegiat Kesenian Jaran Kencak Generasi Ketiga
Wujud performansi Jaran Kencak Manjeng yang berfokus pada artraksi kuda tidak cukup eksploratif dan terkesan tidak berkembang. Kondisi ini berpotensi memarginalkan seni tradisi ini ditengah persaingan produk hiburan massa yang beraneka rupa saat ini.
Berdasarkan hasil diskusi dengan berbagai pihak terkait, khususnya para pegiat seni di Desa Ranuyoso, setidaknya terdapat tiga hal yang dapat dijadikan langkah startegis dalam pengembangan potensi seni tradisi Jaran Kencak ini.
Tiga hal tersebut meliputi pengembang seni pertunjukkan Jaran Kencak melalui mekanisme kolaborasi dengan seni tradisi lainnya, salah satunya adalah kesenian glipang yang telah banyak dilupakan warga Lumajang, penguatan pengelolaan komunitas dengan fasilitasi dari pemerintah daerah agar terjadi interaksi dan kolaborasi antar komunitas pegiat kesenian tradisional, khususnya Jaran Kencak, dalam berbagai hal mulai dari pemeliharaan dan pelatihan kuda, pembentukkan seni hibrid dengan salah satu komponen Jaran Kencak, hingga mekanisme pertunjukkannya, serta membuat ruang dan waktu tampil yang lebih sering di ruang publik, sehingga public visibility dari kesenian tradisonal ini dapat terus terjaga.
Dengan mencoba membuat terobosan, setidaknya dalam tiga hal tersebut di atas, diharapakan terjadi perkembangan performansi Jaran Kencak yang lebih akseleratif dan berdaya hasil pada akhirnya. Tim DM UB bertekad untuk terus melakukan pendampingan demi terciptanya keunggulan seni tradisi sebagai bagian dari fitur kepariwisataan yang akan terus dikembangkan di Lumajang, khususnya di Desa Ranuyoso. (dts/Humas UB)